‘Illat dan Pengembangan Hukum Islam

Main Article Content

Romli Romli

Abstract

Makalah ini mengkaji tentang perkembangan hukum Islam dan latarbelakang lahirnya illat. Dari hasil kajian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa; pertama, dilihat dari segi eksistesinya, ‘Illat memegang peranan penting dalam rangka pengembangan hukum Islam dan atas dasar ini maka para Ulama telah merumuskan satu kaidah yang menyebutkan, “Hukum akan selalu terkait dengan ‘illatnya, ada illat ada hukum dan bila ‘illat tidak ada maka hukum menjadi tiada”. Kedua, bahwa  ‘illat menjadi sarana penting yang tidak terpisahkan dalam penetapan hukum, baik yang terkait dengan perubahan hukum maupun pengembangan hukum itu sendiri.  Ketiga, bahwa dalam kaitannya dengan pengembangan hukum kegiatan yang dilakukan adalah menentukan apa yang menjadi dasar dari suatu ketentuan hukum, kemudian memperluas penerapan/pemberlakuannya kepada persoalan-persoalan yang tercakup di dalamnya. This paper examined the development of Islamic law and the birth illat background. From the results of the study conducted, so it could be concluded that; The first, it could be seen from side of its existence, 'illat held an important role in the development of Islamic law and on this basis then the muftis had formulated a rule that said, "The law will always be related with 'illat, there is illat no law and when 'illat is nothing then the law becomes nothing ". Second, that 'illat became an important tool that could be separated in decree of the law, both related to changes in the law and the development of the law itself. Third, that in relation to the law development that the activities would be done was to determine what the basis of law certainty, then expand the implementation / enforcement to issues covered in it.

Article Details

How to Cite
“‘Illat Dan Pengembangan Hukum Islam”. Intizar 20, no. 2 (March 23, 2016): 221–246. Accessed April 24, 2025. https://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intizar/article/view/431.
Section
Artikel

How to Cite

“‘Illat Dan Pengembangan Hukum Islam”. Intizar 20, no. 2 (March 23, 2016): 221–246. Accessed April 24, 2025. https://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intizar/article/view/431.

References

Abdullah, Sulaiman. (1996). Dinamika Qiyas Dalam Pembaharuan Hukum Islam: Kajian Konsep Qiyas Imam Syafi’i. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.

Abd. Rahman, Jalaluddin. (1983). al-Mashalih al-Mursalah Wa Makanatuha Fi al-Tasyri’. Mesir: Maktabah al-Saidah.

Abubakar, Alyasa. “Teori ‘Illat dan Penalaran Ta’lili”, dalam Tjun Surjaman (Edit.), Hukum Islam di Indonesia: Pemikiran dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Al-Ghazali. (1971). al-Mustasfa. Mesir: Makatabah al-Jundiyah.

Al-Kamali, Abdullah Yahya. (2000). Maqashid al-Syari’at al-Islamiyah Fi Dlau’Fiqh al-Muawazanahlm. Beirut: Dar Ibn Hazm.

Al-Khin, Mushthafa Said. (1421). al-Kafi wa al-Wafi fi Ushul al-fiqh al-Islami. Beirut: Muassasat al Risalah.

Al-Namilah, Abd. Al-Karim bin Ali bin Muhammad. (1999). Syarh al-Minhaj li al-Baidhawi fi Ilm al-Ushul. Riyadh: Maktabah al-Rusyd.

Al-Syatibi, Abi Ishaq. (tt). Al-Muwafaqat Fi Ushul al-Syari’ahlm. Riyadl: Maktabah al-Hadisah.

Al-Qardhâwî, Yûsuf. (1985). ‘Awâmil al-Sa‘at wa al-Murûnah fî al-Syarî‘ah al-Islâmîyah. Kairo: Dâr al-Syahwah.

Al-Umari, Nadiyah Syarif. (1981). al-Ijtihad fi al-Islam. Beirut: Muassasat al-Risalah.

Al-Zarqa, Mushthafa Ahmad. (2000). Hukum Islam dan Perubahan Sosial: Studi Komparatif Delapan Mazhab Fiqh terj. Ade Dedi Rohayana. Jakarta: Riora Cipta.

Baqir, Haidar dan Syafiq Basri. (1988). Ijtihad Dalam Sorotan. Bandung: Mizan.

Hafidh, Ahmad. (tt). Meretas Nalar Syari’ah (Konfigurasi Pergulatan akal dalam pengkajian Hukum Islam). Yogyakarta: Teras.

Hallaq, Wael B. (2000). Sejarayh Teori Hukum Islam. Terjemahan E. Kusnadiningrat dan Abd Haris bin Wahib. Jakarta: Raja Grafindo.

Hasan, Ahmad. (1984). Pintu Ijtihad Sebelum Tertutup. Terjemahan Agah Garnad. Bandung: Pustaka.

Husen, Ibrahim. “Perluasan Cakrawala Zakat dan Efesiensi Pendayagunaannya” dalam Mimbar Ulama edisi Oktober. Jakarta: 1989.

Kamali, Muhammad Hasyim. (1997). Principles of Islamic Jurispurdence. Geneva: Dar al-Mal al-Islami.

Madkur, Salam. (1984). Al-Ijtihad Fi al-Tasyri’ al-Islami. Kairo: Dar al-Nahdah, al-Arabiyah.

Muhammad bin Ali bin al-Thayyib, Abil al-Husain. (tt) al-Mutamad fi Ushul al-Fiqh. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.

Nuruddin, Amiur. (1987). Ijtihad Umar Ibn al-Khatab: Studi Tentang Perubahan Hukum Dalam Islam.Jakarta: Rajawali Pess.

Qardawi, Yusuf. (1993). Kelusan dan keluwesan Hukum Islam. Diterjemahkan oleh Said Agil Husein al-Munawar. Semarang: Bina Utama.

Rahmat, Jalaluddin. "Kontroversi Sekitar Ijtihad Umar" dalam: Iqbal Abdurrauf Saimina (ed.), Polemik Reaktualisasi Ajaran Islam. Jakarta: Pustaka Panjimas. 1988.

Sya’ban, Zaky al-Din. (1965). Ushul al-Fiqh al-Islami. Mesir: Dar al-Ta’lif.

Syarifuddin, Amir. (1977). Ushul Fiqh. Jakarta: Logos.

______________. (2002). Meretas Kebekuan ljtihad: Isu-isu Penting Hukum Islam Kontemporer di Indonesia. Jakarta: Ciputat Press.

Umar, M. Hasbi. (2007). Nalar Fiqih Kontemporer. Jakarta: Gpp Press.

Zen, Satria Effendi M. “Analisa Fiqh Tentang Yurisprudensi Harta Bersama” dalam jurnal Mimbaar Hukum, No. 48 Th. XI. Jakarta: Ditbinperta Islam Depag RI. 2000.

Zuhali, Wahbah. (1986). Ushul Fiqh al-Islami. Damaskus: Dar val-Fikr.

Zaidan, Abdul Karim. (1977). Al-Wajiz Fi Uahul al-Fiqh. Baghdad: Dar al-Arabiyah LIT-tiba’ah.