Pendidikan Berbasis Budaya Cirebon

Main Article Content

Ibnu Rusydi

Abstract

Sebagai proses transformasi nilai-nilai dalam rangka pembentukan pribadi individu yang mampu memaknai dirinya, masyarakat, dan bangsanya, pendidikan hendaknya ditanamkan kepada pribadi anak didik dari jati diri dan identitas luhur bangsanya. Nilai-nilai kebudayaan bangsa ini dapat dijadikan sebagai sumber daya intelektual, emosional, dan spiritual. Dalam budaya Cirebon, nilai-nilai luhur kebudayaannya sangat potensial untuk dijadikan ‘spirit’ yang melandasi setiap aktifitas pendidikan sekaligus menjadi objek nilai yang akan ditransformasikan. Sintesis dan perpaduan antara nilai-nilai tradisional (agama) dan nilai-nilai modernitas tercermin dalam produk dan sejarah kebudayaan Cirebon. Perpaduan dua nilai inilah yang merupakan karakter khas yang ditemukan dalam batang tubuh kebudayaan Cirebon. Karena itu, pendidikan berbasis budaya Cirebon selalu mengupayakan lahirnya peserta-didik yang mampu memahami dan mempertahankan jati dirinya sebagai anak suku bangsa namun ternyata tidak kaku dalam mengarungi arus modernisasi dan globalisasi.As the process of transformation values for the creation of private individuals who are able to make sense of themselves, society, and nation, education should be imparted to student’s personal identity and the identity of the noble nation. The values of this nation's culture can be used as a power source of intellectual, emotional, and spiritual. In the culture of Cirebon, noble values culture very potential to be 'spirit' that underlies any educational activities at the same time become the object of value to be transformed. Synthesis and a blend of traditional values (religion) and the values of modernity is reflected in the products and the cultural history of Cirebon. The combination of the two values is what is the distinctive character found in the body of Cirebon culture. Therefore, culture-based education Cirebon is always seeking the birth of participant-learners who are able to understand and maintain their identity as a child of tribes but it is not rigid as it navigates the currents of modernization and globalization. 

Article Details

How to Cite
“Pendidikan Berbasis Budaya Cirebon”. Intizar 20, no. 2 (March 23, 2016): 327–348. Accessed April 23, 2025. https://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intizar/article/view/436.
Section
Artikel

How to Cite

“Pendidikan Berbasis Budaya Cirebon”. Intizar 20, no. 2 (March 23, 2016): 327–348. Accessed April 23, 2025. https://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intizar/article/view/436.

References

A. Chozin Nasuha. (2010) “Dialektika Islam dan Kebudayaan Cirebon” dalam Annual Conference on Islamic Studies (ACIS) Ke-10, Banjarmasin 1-4 November.

A. Palmer, Joy. (2005). 50 Pemikir Pendidikan dari Piaget sampai Masa Sekarang.terj. Farid Assifa,Yogyakarta: Jendela.

Andreas, St. (2003) Trilogi Pnedidikan dan Konsep Pendidikan yang Berkesinambungan, Media Komunikasi Paroki Kedoya: Warta Andreas, No. 07 Th XVII Juli.

Assegaf, Abd, Rachman. (2008). dalam Kata Pengantar buku Pendidikan Transformatif: Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan di Tengah Pusaran Globalisasi. Mustafa Rembangy, Yogyakarta: TERAS

Azra, Azyumardi. (1999) Esai-Esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Djohar. (2002) Kata Pengantar dalam Pendidikan Transformatif: Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan di Tengah Pusaran Globalisasi. Mustafa Rembangy. Yogyakarta: TERAS

Djumhur dan Danasuparta. (1976). Sejarah Pendidikan.Bandung: Penerbit CV Ilmu.

Fakih, Mansour. (2002). Jala Lain, Manifesto Intelektual Organik. Yogyakarta: Insist Press.

Freire, Paulo. (1982). Pedagogy of the Oppressed. Harmondsworth: Penguin

H. Gunawan, Ary. (2000). Sosiologi Pendidikan: suatu analisis sosiologi tentang pelbagai problem pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

H.A.R. Tilaar, Mengindonesia. Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta, 2007

Herusatoto, Budiono. (2008). Simbolisme Jawa. Yogyakarta: Penerbit Ombak

Kusnandar, Dadang. (2012). “Budaya Cirebon: Posmo Pada Masanya” dalam http://sosbud.kompasiana.com/2012/01/07/budaya-cirebon-posmo-pada-masanya/, diunduh pada 11 Oktober 2012

Ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1999, UUD 1945, Amandemen I, II, III, IV. Surabaya: Penerbit Apollo.

L. Gutek, Gerald. (2004). Philosophical and Ideological Voices in Education. Boston: Allyn & Beacon.

Mangunwijaya, Y. B. (2004). Mangunwijaya, Pendidikan Pemerdekaan. Yogyakarta: Dinamika.

Michael Rutz, “Erziehung 2000: Der Schuler als End-produkt”, dalam majalah Rhenischer Merkur, 2000.

Moh. Yamin, “Sekolah adalah Penjara” dalam Banjarmasin Post, 17 Juli 2007.

Moh. Yamin, “Pendidikan Antikorupsi: Hal yang Niscaya” dalam Jawa Pos, 5 Juli 2008.

Ritzer , George. (2005). The Globalization fo Nothing, terjemahan, (Yogyakarta: Universias Atma Jaya.

Susetyo, Benny. Politik Pendidikan Penguasa. Yogyakarta: LkiS.

Susetyo, Y. (2005). Politik Pendidikan Penguasa. Yogyakarta: LKiS.

Tilaar, H.A.R. (2000). Pendidikan Baru Pendidikan Nasional.Jakarta: Rineka Cipta.

UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. (2003). Bandung: Fokusmedia.

Waidl, A. (2000). Pendidikan yang Memahami Manusia. dalam A. Atmadi dan Y. Setyaningsih (ed.), Transformasi Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius.

Wiwi Kuswiyah, Adeng. (1998). et al, Kota Dagang Cirebon Sebagai Bandar Jalur Sutera, Jakarta: Departemen Pendidikan & Kebudayaan RI,