Post-Feminitas: Teknologi Sebagai Basis Keadilan Gender (Teknopolitik dan Masa Depan Relasi Gender)

Main Article Content

Sadari Sadari

Abstract

Kesetaraan gender yang kian hari semakin melemah, dengan kecanggihan teknologi dapat bangkit kembali untuk memberikan peran dan porsi kerja yang sama antara laki-laki dan perempuan baik dalam wilayah domistik maupun publik. Keterbatasan seorang perempuan dibandingkan laki-laki tidak lagi menjadi kendala, seorang perempuan di dalam eksoskeleton bisa 1.000 kali lebih perkasa dibandingkan seorang laki-laki. Untuk itulah perlu adanya pemberdayaan gender berbasis teknologi dengan melakukan penyusunan anggaran bagi semua lapisan masyarakat (laki-laki dan perempuan) menerima manfaat dan memiliki akses yang sama terhadap anggaran tersebut untuk mampu mengaplikasikan teknologi. Penyusunan anggaran responsif gender berbasis teknologi ini mempunyai pandangan dan pemahaman yang sama akan arti, manfaat dan pentingnya kesetaraan dan keadilan gender. Mengingat bahwa kesinambungan sangat penting dalam pencapaian kesetaraan dan keadilan gender, maka analisis gender dalam berbagai kebijakan dan program berbasis teknologi perlu dilanjutkan dan ditingkatkan. Berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan adalah komitmen para penentu kebijakan baik di lingkungan eksekutif, legislatif dan yudikatif, minimnya pakar analisis gender karena kurangnya alokasi dana untuk peningkatan kapasitas, dan terbatasnya data terpilah berdasar jenis kelamin, perlu mendapat perhatian secara seksama agar pelaksanaan strategi dapat berjalan secara efektif dan berkesinambungan di masa yang akan datang. Gender equality has weakened, technology has to be bounced back to give the same role and the work portion between men and women both in the domestic and public area. Limitations of a woman than men are no longer become an obstacle; a woman inside the exoskeletons could be 1,000 times more powerful than a man. for this reason, the need for the promotion of gender based technology by perform budget formulation, so all levels of society (male and female) receive benefits and have equal access to the budget for being able to apply the technology. Gender responsive budget formulation based on this technology has a view and a common understanding of the meaning, benefits and importance of gender equality and justice. Considering that continuity is very important in the achievement of gender equality, the gender analysis in a variety of technology-based policies and programs need to be continued and enhanced. Various obstacles encountered in the implementation is the commitment of policy makers both within the executive, legislative and judicial branches of government, lack of gender analysis expert due to lack of funds allocation for capacity building, and the lack of data disaggregated by sex, need attention thoroughly in order to implement the strategy may run effective and sustainable in the future.

Article Details

How to Cite
“Post-Feminitas: Teknologi Sebagai Basis Keadilan Gender (Teknopolitik Dan Masa Depan Relasi Gender)”. Intizar 22, no. 1 (July 14, 2016): 135–154. Accessed April 18, 2025. https://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intizar/article/view/547.
Section
Artikel

How to Cite

“Post-Feminitas: Teknologi Sebagai Basis Keadilan Gender (Teknopolitik Dan Masa Depan Relasi Gender)”. Intizar 22, no. 1 (July 14, 2016): 135–154. Accessed April 18, 2025. https://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intizar/article/view/547.

References

Aukstakalnis, Steve & David Blatner. (1992). Silicon Mirage: The Art and Science of Virtual Reality. London: Peachpit Press.

Deleuz, Gilles & Felix Guattari. (1986). Nomadology: The War Machine, Semiotext (e). New York.

Fayumi, Badriyah, Mursyidah Thahir, Anik faridah, Nefisra Viviani. (2001). Keadilan dan Kesetaraan Jender: Perspektif Islam. Jakarta: Tim Pemberdayaan Perempuan Bidang Agama RI.

Foucault, Michel. (1980). Power/Knowledge. The Harvester Press.

Freud, Sigmun. (1981). Introductory Lectures on Psychoanalysis. Penguin Books.

____________. (1963). General Psychological Theory. Collier Books.

Gordon, Avery dengan Donna Haraway dalam, “Possible World : An Interview with Donna Haraway”, dalam Michel Ryan & Avery Gordon (eds.). (1991). Body Politics: Disease, Desire and the Family. Westview.

Gray, Chris Hables (et.al), “Cyborgology : Cuntructing the Knowledge of Cybernetic Organism”, dalam The Cyberborg Handbook. (1995). London: Routledge.

Hayles, N.khaterine, “The Life Cycle of Cyberborg: writing the Posthuman’, dalam Chris Hables Gray, The Cyborg Handbook.

Hubbard, Barbara Marx, “Awakeningto Our Genius : The Heroine’s, Semiotext(e)”, dalam M.J. Ryan (ed). (1998). The Fabric of the Future : Women Visionaries Illuminate the Path to Tomorrow. Berkeley: Conary Press.

Kantrowitz, Nancy, Newseek, (May 16 1994), sebagaimana dikutip oleh Laura Miller di dalam, “Women and Children Firs : Gender and the Settling of the Electrinic Frontier”, dalam James Brook, Resiting Virtual Life.

Kember, Sarah dalam artikelnya “Feminist Feguration and the Question of Origin”, dalam George Robertson. (1996). Future Natural: Nuture, Science, Culture. Routledge.

____________, ‘Feminism Feguration and the Question of Origin, dalam George Robertson. Future Natural: Nuture, Science, Culture.

Leary, Timothy. (1994). Chaos and Cyber-culture. Roin Publishing Inc.

Lipscombe, Joan. (1979). Are Science and Technology Neutral ?. London: Butterworth,

Mulvey, Laura. (1973). “Visual Pleasure and Narrative Cinema”. Makalah. French Departemen of University of Wiscounsin: Madison.

Naisbtt, John, et.al. (1999). High-Tech High-Touch : Technology and Our Search for Meaning. New York: Broadway Books.

Piliang, Yasraf Amir. (2010). Bayang-banyang Tuhan: Agama dan Imajinasi. Jakarta: Mizan Publika.

__________________. (2010). Yasraf Amir, Post-realitas Kebudayaan dalam Era Post-metafisika. Yogyakarta: Jalasutra.

Postman, Neil. (1993). Technopoly: The Surrender of Culture to Technology. Vintage Books.

Rheingold, Howard. (1991). Virtual Reality. Mandarin.

Sandove, Chela, dalam “Cyborg Feminism and the Methodology of the Oppressed”, dalam Chris Hables Gray (et.al.), The Cyborg Handbook.

Schwichtenberg, Cath (ed). (1995). “The Madonna Connection: Representation Politics Organism”. dalam The Cyborg Handbook. London: Routledge.

Sclove, Richard E. (1995). “Making Technology Democratic”. dalam James Brook & Iain Boal, (ed), Resiting the Virtual Life: The Culture and Politics of Information. City Light.

Sterling, Bruce. (1992). The Hacker Crackdown: Law and Dosorder on the Electronic Frontier. Penguin Books.

Turkle, Shery. (1996). “Contruction and Recontruction of self in Virtual Reality”, dalam Timothy druckery, Electronic Cultural : Technology and Visual Representation. Aperture.

Wheatly, Margaret. “Reclaiming Gaia, Reclaiminh Life”, dalam M.J.Ryan, The Fabric of the Future.