Motivasi Berpikir Menurut al-Qur’an

Main Article Content

Dwi Andriyani

Abstract

Kitab Suci Al-Qur’an merupakan kitab Allah yang diturunkan kepada umat manusia sebagai petunjuk bagi kita semua, yang mana diturunkan kepada umat Nabi Muhammad Saw mulai dari berabad-abad yang lalu, hingga sampai sekarang ini. Al-Qur’an di dalamnya banyak sekali mengandung isyarat ilmiah yang berguna bagi umat manusia. Oleh karena itu, sebagai makhluk Allah yang dikarunia akal pikiran, sudah seharusnya menjadi tugas kita untuk mengungkap apa yang ada di dalam al-Qur’an yang menjadi isyarat ilmiah bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an banyak memberikan motivasi bagi umat manusia, terutama motivasi berpikir. Berpikir adalah olah kerja otak yang yang berfungsi mencari hakekat dari sesuatu. Namun, dalam al-Qur’an berpikir juga tidak semuanya dilakukan oleh akal pikiran, melainkan juga dapat dilakukan dengan hati. Ketika mengkaji lebih dalam mengenai berpikir, maka akan didapatkan beberapa lafadz yang mempunyai pengertian yang sama, yaitu berpikir. Seperti lafadz nazara, tadabbara atau tadabbur, tafakkara atau tafakkur, faqiha atau fiqh atau tafaqquh, tazakkara, dan faham. Semua yang disebutkan di atas adalah mempunyai pengertian yang hampir sama. Membangkitkan motivasi berpikir dalam mengkaji ayat-ayat al-Qur’an sangatlah bermanfaat dalam menambah wawasan, dan juga dapat menambah keimanan kita kepada Allah Swt. Beberapa penemuan yang ada pada saat sekarang ini merupakan bukti dari kebenaran al-Qur’an, isyarat ilmiahnya dapat dibuktikan dengan beberapa penemuan di bidang ilmu pengetahuan. The Holy Qur'an is a book of God revealed to mankind as a guide for all of us, which was revealed to the Prophet Muhammad's people from many centuries ago until now. The Qur'an contains a lot of useful scientific cue for mankind. Therefore, as a creature of Allah endowed with a mind, it should be our duty to reveal what is in the Qur’an becomes the scientific cue to the advancement of knowledge. The Holy Qur'an has provided motivation for mankind, especially motivational thinking. Thinking is the workings of the brain that function to find the essence of something. However, in the Qur'an do not think everything that was done by the mind but also to do with the heart. When examine more deeply about thinking it will get some lafadz that have the same sense that is thinking. As lafadz Nazara, Tadabbara or Tadabbur, Tafakkara or Tafakkur, Faqiha or Fiqh or tafaqquh, tazakkara, and Faham. All mentioned above has almost the same meaning. Motivational thinking in assessing the verses of the Qur'an is very useful in increasing insight and can also increasing our faith in Allah. Some of the inventions that exist at the present time are a proof of the truth of of the Qur'an, scientific cues can be proved by several discoveries in science.

Article Details

How to Cite
“Motivasi Berpikir Menurut Al-Qur’an”. Intizar 22, no. 1 (July 14, 2016): 55–76. Accessed April 18, 2025. https://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intizar/article/view/637.
Section
Artikel

How to Cite

“Motivasi Berpikir Menurut Al-Qur’an”. Intizar 22, no. 1 (July 14, 2016): 55–76. Accessed April 18, 2025. https://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intizar/article/view/637.

References

Abdul Fatah, Rohadi dan Sudarsono. (1997). Ilmu dan Teknologi Dalam Islam. Jakarta: Rineka Cipta.

Al-Ghozali. (2002). al-Hikmatu Fii Makhluuqaatil- laahi, diterjemahkan oleh Umar Faruq, Keajaiban-keajaiban Makhluk Allah. Surabaya: Pustaka Media.

Anwar, Abu. (2002). Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar. Pekan Baru: AMZAH.

Arikunto, Suharsmi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Baidan, Nashruddin. (1998). Metode Penafsiran al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Firdaus, Feris. (2004). Alam Semesta Sumber Hukum, dan Informasi Ketiga Setelah al-Qur’an dan as-Asunnah. Yogyakarta: Insania Citra Press.

Fuad Pasya, Ahmad. (2004). Dimensi Sains Al-Qur’an. Solo: Tiga Serangkai.

Majid Abdussalam al Muhtasib, Abdul. (1982). Ittijaahaat at-Tafsiir Fi al-Ashri ar-Rahim. Beirut: Daral-Bayariq. Diterjemahkan oleh Moh Maghfur Wachid (1997). Visi dan Paradigma Tafsir al-Qur’an Kontemporer. Jatim: al Izzah.

Muhammad Husain Thabathaba’i. Sayyid. (1973). al-Qur’an Fi al-Islam, Jami’iyyah ats-Tsaqofah al-Ijtima’iyyah. Kuwait. Beirut. Diterjemahkan oleh Idrus Alkaf. (2000) Memahami Esensi al-Qur’an. Jakarta: Lentera Basritama.

Rifai. Mohammad. (2000). Mengapa Tafsir al-Qur’an Dibutuhkan. Semarang: Wicaksana.

Sapuri, Rafi. (2009). Psikologi Islam Tuntunan Jiwa Manusia Modern. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Shihab. Qurash. (2009). Tafsir al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.

Syurbasyi, Ahmad. (1999). Qishshatul Tafsir. Diterjemahkan oleh Zufran Rahman, Study Tentang Sejarah Perkembangan Tafsir al-Qur’an al Karim. Jakarta: Kalam Mulia.