Kawah Tekurep: Representasi Kebhinnekaan Kesultanan Palembang Kajian Etnografi terhadap Ragam Hias Nisan di Komplek Makam Kawah Tekurep

Isi Artikel Utama

Amilda Amilda
Sri Suriana

Abstrak

Kawah tekurep adalah salah satu kompleks makam kesultanan Palembang yang didirikan oleh sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo pada 1724 Masehi. Nisan-nisan yang terdapat di kompleks makama Kawah Tekurep ini memiliki ragam hias yang menunjukkan bagaimana Islam berkembang di Palembang dan pengaruh budaya yang berkembang pada masyarakat Palembang di era kesultanan Palembang masa itu. Perkembangan kesultanan Palembang, tidak dapat dilepaskan dari pengaruh kerajaan Majapahit dan Demak di Jawa, serta hadirnya pengaruh Hindu dan Buddha. Kesultanan Palembang juga dipengaruhi oleh budaya Cina jauh sebelum Kesultanan Palembang berdiri, serta peran para ulama timur tengah yang menyebarkan Islam di wilayah Palambang, melalui ikatan yang erat dengan Kesultanan Aceh. Berdasarkan ragam hias yang terdapat di nisan-nisan makam yang terdapat di kompleks Kawah Tekurep, tulisan ini akan mengidentifikasi pengaruh budaya-budaya tersebut pada ragam hias pada nisan-nisan yang terdapat di kawasan Kawah Tekurep tersebut. Untuk menjawab permasalahan tersebut, digunakan metode penelitian arkeologi yaitu dengan melakukan deskripsi ragam hias yang ada serta melakukan identifikasi keragaman yang terdapat pada nisan-nisan tersebut. Hasil identifikasi tersebut dianalisis dengan menggunakan teori culture identity untuk memperoleh intepretasi dari  temua tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ragam hias pada nisan-nisan di kompleks Kawah Tekurap menunjukkan adanya pengaruh dari Hindu dan Buddha, pengaruh Majapahit dan Demak, terdapat unsur Cina dan Aceh, serta pengaruh Islam. Representasi ragam hias di kawasan makam ini mengungkapkan bahwa kejayaan Kesultanan Palembang, dibangun atas dasar kebhinnekaan budaya dengan memberikan kesempatan bagai budaya asing berkembang dan berkontribusi dalam pemerintahan Kesultanan Palembang.

Rincian Artikel

Cara Mengutip
“Kawah Tekurep: Representasi Kebhinnekaan Kesultanan Palembang Kajian Etnografi Terhadap Ragam Hias Nisan Di Komplek Makam Kawah Tekurep”. TAMADDUN 21, no. 2 (December 31, 2021): 113–123. Accessed March 19, 2025. https://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tamaddun/article/view/10047.
Bagian
Artikel

Cara Mengutip

“Kawah Tekurep: Representasi Kebhinnekaan Kesultanan Palembang Kajian Etnografi Terhadap Ragam Hias Nisan Di Komplek Makam Kawah Tekurep”. TAMADDUN 21, no. 2 (December 31, 2021): 113–123. Accessed March 19, 2025. https://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tamaddun/article/view/10047.

Referensi

Ahimsa-Putra, Heddy Shri. “Kebhinnekaan Budaya Sebagai Modal Merespon Globalisasi.” Literasi 4, no. 2 (2014): 167–175. https://jurnal.unej.ac.id/index.php/LIT/article/view/6268/4640.
Bhambra, Gurminder K. “Culture, Identity and Rights: Challenging Contemporary Discourse of Belonging.” In The Situated Politics of Belonging, edited by Nira Yuval-Davis and Kalpana Kannabiran, 32–41. SAGE, 2006.
Halim, Andre, and Rahardihan Prajudi Herwindo. “The Meaning of Ornaments in the Hindu and Buddhist Temples on the Island of Java (Ancient-Middle-Late Classicak Eras).” Jurnal RISA (Riset Arsitektur) 01, no. 02 (2017): 170–191.
Herman, Wahyudi, Muhamad Idris, and Eva Dina Chairunisa. “Cagar Budaya Di Palembang Ilir Timur Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Di Palembang.” Kalpataru 6, no. 1 (2020): 63–74.
Irwanto, Dedi. Iliran Dan Uluan: Dinamika Dan Dikotomi Sejarah Kultural Palembang. Yogyakarta: Penerbit Eja Publisher, 2010.
Marsden, William. Sejarah Sumatera. 2nd ed. Jakarta: Komunitas Bambu, 2013.
Nawiyanto, and Eko Crys Endrayadi. Kesultanan Palembang Darussalam Sejarah Dan Warisan Budayanya. 1st ed. Jember: Jember University Press, 2016.
Purwanti, Retno. “Ragam Hias Medalion Pada Nisan-Nisan Makam Di Palembang.” KALPATARU: Majalah Arkeologi 30, no. 1 (Mei) (2021): 75–86.
Ried, Anthony. Sumatera Tempo Doeloe Dari Marcopolo Sampai Tan Malaka. Jakarta: Komonitas Bambu, 2010.
Wargadalem, Farida R. Kesultanan Palembang Dalam Pusaran Konflik (1804-1825). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2017.