Personal Branding dalam Perspektif Al-Qur’an: Analisis dengan Pendekatan Ma’nā Cum Maghzā

Abstract

Dalam kehidupan sosial, pandangan positif atau negatif masyarakat terhadap personal branding menjadikan fenomena tersebut sebagai suatu konsep yang dilematis. Menanggapi hal tersebut, al-Qur’an telah mengulas nilai-nilai yang relevan dengan fenomena personal branding seperti dalam QS. Yusuf [12]; 55 dan QS. al-Taubah [9]; 105. Tulisan ini bertujuan untuk meneliti kedua ayat tersebut dengan menggunakan metode deskriptif analitis melalui pendekatan teori Ma’nā Cum Maghzā. Dengan pendekatan teori Ma’nā cum Maghzā, penelitian ini akan mengungkap ideal moral dari ayat-ayat tersebut sehingga diharapkan mampu memberi kontribusi positif, baik dalam aspek teoritis maupun praktis. Hal ini dapat berupa pembaharuan pengetahuan dan pemecahan masalah personal branding yang dilematis antara perlu atau tidaknya tindakan personal branding dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian ini menemukan bahwa makna signifikansi dinamis dari QS. Yusuf [12]; 55 berupa legalitas personal branding dengan syarat disertai kejujuran. Bahkan personal branding menjadi suatu hal yang wajib dilakukan jika kemaslahatan masyarakat dikhawatirkan akan terancam ketika suatu amanah dijalankan oleh orang yang salah. Adapun makna signifikansi dinamis pada QS. al-Taubah: 105 adalah perintah menjalankan pekerjaan yang diyakini benar dan dipresepsikan kepada orang lain (branding) bahwa tindakannya benar. Hal ini terkait dengan keyakinan bahwa setiap amal baik atau buruk akan mendapat balasan dari Allah Swt. Selain itu, terdapat juga pertimbangan hukuman sosial dari masyarakat yang mengetahui jika yang dilakukan pada kenyataannya merupakan perbuatan yang buruk, karena kebaikan dan keburukan pada akhirnya akan diperlihatkan oleh Allah Swt.